Langsung ke konten utama

Serial: Republik Asasia (06)

Bagian 6: Buronan Orbic

Sham kagum pada sosok yang kini berdiri di hadapannya. Seorang pria muda berjubah yang punya tatapan mata teduh namun berkharisma. Pria itu memang tak berpaut jauh dengan Sham dalam hal umur. Tapi pria itu sungguh memancarkan pesona kedewasaan kepemimpinan yang matang. Dialah sang Tsaluts penguasa udara.

"Selamat datang, nak! Catatannya sangat tepat." Tsaluts mulai membuka perbincangan. "Sambutan? Catatan?" Sham bertanya dalam hati, namun bibirnya terasa berat berucap. Kharisma sang Tsaluts mengalihkan perhatiannya.

"Seperti yang saya katakan tadi, nama saya Arial, Arial Vatra. Untuk sekarang ini, sayalah yang bertanggung jawab di negeri ini." Sang Tsaluts memulai pembicaraan.

"Semalam seorang tahanan Orbic kabur. Namanya Voda Abdal. Dia murid Tsaluts Air. Sebagian penjaga Orbic mati olehnya. Arah pelariannya ke hutan Koren tempat aku menemukanmu semalam." 

"Orbic? Apa itu? Dan.. Apa maksud perkataan anda tentang menemukan saya semalam di Koren?" Sham semakin larut dalam kebingungan.

"Orbic adalah penjara bawah tanah yang kami miliki. Tempat itu dijaga lebih dari 500 tentara yang menguasai 3 elemen. Dan jawaban atas pertanyaanmu yang kedua, mungkin kamu ingat serigala putih semalam. Itulah aku."

Sham tersenyum kecut. Diam sejenak sambil memandang sang Tsaluts Udara siapa tahu mengulang atau mengoreksi perkataannya. Kejadian demi kejadian aneh yang dialaminya sejak kemarin tak lebih aneh dari yang baru saja didengarnya dari sang Tsaluts. "Haha, wajahmu begitu polos menampakan rasa kaget. Biasa saja. Aku tidak akan memakanmu." Sham memaksakan senyum. Bagaimanapun juga baginya manusia menjadi serigala hanya ada ada di dongeng atau film.

"Tuan Tsaluts, boleh saya menanyakan sesuatu?" Sham mulai memberanikan diri.

"Hei! Panggil aku Arial saja. Kau mau tanya apa?"

"Bukankah elemen dunia ada empat macam. Kenapa yang memimpin negeri ini hanya penguasa udara, api, dan air saja? Kenapa tak ada Tsaluts dari elemen tanah?" "Hm, pertanyaan tak biasa, tapi tak ada salahnya aku jawab." Arial berhenti sebentar untuk berdehem.

"Elemen dunia memang terdiri dari empat macam. Namun elemen tanah disebut pula elemen dasar. Semua elemen bergantung pada elemen tanah. Api takkan menyala tanpa ada pijakan. Udara takkan diam tanpa pengikat. Air takkan tumpah tanpa penarik. Tiga elemen lain takkan ada tanpa elemen tanah. Manusia terbuat dari tanah. Pernah dengar ungkapan dari tanah ke tanah? Ya, setiap manusia yang dilahirkan ke dunia memiliki dua elemen yaitu elemen dasar dan elemen bakat. Bakat itulah yang berujung pada salah satu dari tiga elemen. Takkan pernah ada Tsaluts tanah. Masing-masing dari kita sudah punya elemen itu. Tak perlu ada la.."

"Tidak untuk saat ini, yang kau katakan hanya dongeng orang tua dulu. Keadaan sudah berubah. Sekarang atau nanti, bau busuk ini akan tercium. Katakan padanya kebenaran saat ini. Elemen tanah memang ada dan tak ada beda dengan udara, api, dan air. Bahkan elemen tanah lebih dahsyat dari ketiga elemen lain. Kau telah melihatnya tiga tahun lalu. Katakan kebenaran pada dunia!" Seseorang tiba-tiba memotong penjelasan Arial. Orang itu yang membuntuti Sham dari tadi. Senyum orang itu tetap mengerikan.

(Bersambung...) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tutorial Photoshop: Efek Tulisan di Kaca

Berikut ini merupakan video tutorial photoshop untuk membuat efek tulisan pada kaca berembun. Kunci dari tutorial ini adalah dari jenis font/ huruf yang digunakan. Usahakan menggunakan font jenis handwritting/ tulisan tangan. Sebagai bonus ane kasih gambar yang dipakai dalam tutorial di video tadi.

Jeplak: Bismillah, Mulai Nulis Lagih..

Mengenang masa lalu selalu berujung senyum sendiri. Ya. SENDIRI. Malam ini benar-benar sendiri seperti malam-malam sendiri sebelumnya. (Musik sedih tiba-tiba terdengar). Ruang kantor tiba-tiba jadi sepi sesaat sebelum tulisan "Ruang kantor tiba-tiba jadi sepi" dituliskan. Ruang kantor memang sepi tapi tak terasa sepi hingga ditulisnya "Ruang kantor tiba-tiba jadi sepi". Jam segini memang sepi. Hanya orang kurang kerjaan yang masih duduk di sini. Aku salah satunya. Malam ini benar-benar kurang kerjaan. Biasanya memang tak pernah ada kerjaan. Tapi malam ini kekurangkerjaan itu lebih terasa kekurangkerjaannya. Film bajakan di situs tongkrongan tak ada yang menarik jari untuk diklik donlot. Chat di Whatsapp tak ada yang menarik. Tak ada yang ingatkan makan. Lagipula percuma. Aku sudah makan. Ku tengok Facebook, masih begitu saja. Isinya tulisan orang asing yang kuakui teman. Halaman profil iseng kubuka. Dan nostalgia pada tulisan dan gambar lama sedikit memberi seri

Kisah: Paksi Janadri di Perut Bumi (Bag. 5)

Camp, 15 Februari 2014 08.00 WIB disepakati sebagai waktu memulai penelusuran kedua. Setelah sebelumnya melewati ritual biasa semisal sarapan dan stretching. Pada pukul tersebut, Kang Agen juga telah undur diri untuk kembali ke Cimahi. Untuk selanjutnya yang menjadi mentor tentu saja Kang Ngawir Sigi. Gua Cilalay menjadi target kami di penelusuran kedua ini. Cokor bertugas sebagai leader, Kang Ngawir Sigi menjadi secondman, Peppy bagian palog, Endris dokumenter, dan Bolong menjadi cleaner. Sementara penjaga camp, Kang Dobol seorang. Lokasi Cilalay yang tak jauh dari camp tak sulit ditemukan. Mulut gua tak jauh dari jalan setapak yang biasa dilalui masyarakat sekitar. Tak heran saat melakukan persiapan kami dilalui masyarakat yang hendak beraktivitas. Adzan kembali dikumandangkan. Kali ini Bolong yang menjadi muadzin. Cokor memasang tambatan webing. Satu persatu anggota tim turun ke dalam gua. Kapur tampak dominan menghiasi dinding gua. Penelusuran gua Cilalay tak jauh berbeda dib