Bagian 6: Buronan Orbic
Sham kagum pada sosok yang kini berdiri di hadapannya. Seorang pria muda berjubah yang punya tatapan mata teduh namun berkharisma. Pria itu memang tak berpaut jauh dengan Sham dalam hal umur. Tapi pria itu sungguh memancarkan pesona kedewasaan kepemimpinan yang matang. Dialah sang Tsaluts penguasa udara.
"Selamat datang, nak! Catatannya sangat tepat." Tsaluts mulai membuka perbincangan. "Sambutan? Catatan?" Sham bertanya dalam hati, namun bibirnya terasa berat berucap. Kharisma sang Tsaluts mengalihkan perhatiannya.
"Seperti yang saya katakan tadi, nama saya Arial, Arial Vatra. Untuk sekarang ini, sayalah yang bertanggung jawab di negeri ini." Sang Tsaluts memulai pembicaraan.
Sham kagum pada sosok yang kini berdiri di hadapannya. Seorang pria muda berjubah yang punya tatapan mata teduh namun berkharisma. Pria itu memang tak berpaut jauh dengan Sham dalam hal umur. Tapi pria itu sungguh memancarkan pesona kedewasaan kepemimpinan yang matang. Dialah sang Tsaluts penguasa udara.
"Selamat datang, nak! Catatannya sangat tepat." Tsaluts mulai membuka perbincangan. "Sambutan? Catatan?" Sham bertanya dalam hati, namun bibirnya terasa berat berucap. Kharisma sang Tsaluts mengalihkan perhatiannya.
"Seperti yang saya katakan tadi, nama saya Arial, Arial Vatra. Untuk sekarang ini, sayalah yang bertanggung jawab di negeri ini." Sang Tsaluts memulai pembicaraan.
"Semalam seorang tahanan Orbic kabur. Namanya Voda Abdal. Dia murid Tsaluts Air. Sebagian penjaga Orbic mati olehnya. Arah pelariannya ke hutan Koren tempat aku menemukanmu semalam."
"Orbic? Apa itu? Dan.. Apa maksud perkataan anda tentang menemukan saya semalam di Koren?" Sham semakin larut dalam kebingungan.
"Orbic adalah penjara bawah tanah yang kami miliki. Tempat itu dijaga lebih dari 500 tentara yang menguasai 3 elemen. Dan jawaban atas pertanyaanmu yang kedua, mungkin kamu ingat serigala putih semalam. Itulah aku."
Sham tersenyum kecut. Diam sejenak sambil memandang sang Tsaluts Udara siapa tahu mengulang atau mengoreksi perkataannya. Kejadian demi kejadian aneh yang dialaminya sejak kemarin tak lebih aneh dari yang baru saja didengarnya dari sang Tsaluts. "Haha, wajahmu begitu polos menampakan rasa kaget. Biasa saja. Aku tidak akan memakanmu." Sham memaksakan senyum. Bagaimanapun juga baginya manusia menjadi serigala hanya ada ada di dongeng atau film.
"Tuan Tsaluts, boleh saya menanyakan sesuatu?" Sham mulai memberanikan diri.
"Tuan Tsaluts, boleh saya menanyakan sesuatu?" Sham mulai memberanikan diri.
"Hei! Panggil aku Arial saja. Kau mau tanya apa?"
"Bukankah elemen dunia ada empat macam. Kenapa yang memimpin negeri ini hanya penguasa udara, api, dan air saja? Kenapa tak ada Tsaluts dari elemen tanah?" "Hm, pertanyaan tak biasa, tapi tak ada salahnya aku jawab." Arial berhenti sebentar untuk berdehem.
"Elemen dunia memang terdiri dari empat macam. Namun elemen tanah disebut pula elemen dasar. Semua elemen bergantung pada elemen tanah. Api takkan menyala tanpa ada pijakan. Udara takkan diam tanpa pengikat. Air takkan tumpah tanpa penarik. Tiga elemen lain takkan ada tanpa elemen tanah. Manusia terbuat dari tanah. Pernah dengar ungkapan dari tanah ke tanah? Ya, setiap manusia yang dilahirkan ke dunia memiliki dua elemen yaitu elemen dasar dan elemen bakat. Bakat itulah yang berujung pada salah satu dari tiga elemen. Takkan pernah ada Tsaluts tanah. Masing-masing dari kita sudah punya elemen itu. Tak perlu ada la.."
"Tidak untuk saat ini, yang kau katakan hanya dongeng orang tua dulu. Keadaan sudah berubah. Sekarang atau nanti, bau busuk ini akan tercium. Katakan padanya kebenaran saat ini. Elemen tanah memang ada dan tak ada beda dengan udara, api, dan air. Bahkan elemen tanah lebih dahsyat dari ketiga elemen lain. Kau telah melihatnya tiga tahun lalu. Katakan kebenaran pada dunia!" Seseorang tiba-tiba memotong penjelasan Arial. Orang itu yang membuntuti Sham dari tadi. Senyum orang itu tetap mengerikan.
(Bersambung...)
"Tidak untuk saat ini, yang kau katakan hanya dongeng orang tua dulu. Keadaan sudah berubah. Sekarang atau nanti, bau busuk ini akan tercium. Katakan padanya kebenaran saat ini. Elemen tanah memang ada dan tak ada beda dengan udara, api, dan air. Bahkan elemen tanah lebih dahsyat dari ketiga elemen lain. Kau telah melihatnya tiga tahun lalu. Katakan kebenaran pada dunia!" Seseorang tiba-tiba memotong penjelasan Arial. Orang itu yang membuntuti Sham dari tadi. Senyum orang itu tetap mengerikan.
(Bersambung...)
Komentar
Posting Komentar