Bagian 7: Luka Tiga Tahun Lalu
Semua mata tertuju pada orang misterius yang baru datang itu. Pria berperawakan tinggi namun sedikit kurus. Kulitnya pucat pasi sewarna mayat. Baju putih yang dikenakannya telah berubah jadi kecoklatan. Jubah hitamnya yang telah berlubang di sana-sini terurai menyapu lantai kaca istana.
Semua orang di ruangan itu menampakan ekspresi berbeda-beda. Sham dan Zheshe terlihat kaget. Arial tetap santai namun ada pula perubahannya. Orang misterius masih menebar senyum sinis mengerikannya.
"Kau malah datang kemari. Lantas siapa yang menjaga Koren?" Arial mencoba mencairkan suasana.
"Kau terlalu santai di sini. Kepekaanmu akan situasi malah semakin lemah. Apa kau tidak bisa merasakannya?" Orang misterius menekan Arial.
"Apa kau bilang? Tapi paling tidak catatannya sudah tepat."Arial membela diri.
"Oh, ya? Jadi kau yakin pada anak yang tampak bodoh ini? Cih.. Uria saja lebih tampak garang dari dia. Dia tidak tampak seperti orang yang ada ciri-cirinya disebutkan dalam catatan." Suara orang misterius semakin tinggi sambil menunjuk Sham.
"Berhenti!" Sham tampak tak tahan menahan banyak tanda tanya dalam otaknya. "Berhenti berdebat! Tolong seseorang jelaskan apa yang sebenarnya terjadi di tempat aneh ini! Dan siapa anda? Kenapa tiba-tiba datang kemari sambil menunjuk-nunjuk aku seakan-akan aku penjahat besar?"
"Jadi kau belum tahu petaka yang menyelimuti negeri ini?" Orang misterius angkat bicara. "Semua orang mesti tahu kebenaran ini. Kebenaran yang kami berdua tutupi sejak 3 tahun lalu. Kebenaran yang sebentar lagi akan membawa negeri ini pada kehancuran. Kebenaran itu adalah ..." Orang misterius menghentikan perkataannya. Kedua tangannya memegang kerah baju. Dengan sedikit hentakan baju itu dirobeknya. Kini dia bertelanjang dada. Semua mata kembali dikejutkan oleh sesuatu yang tampak di dadanya. Sesuatu yang berasal dari 3 tahun lalu.
***
Hari itu pelantikan Tsaluts udara. Tsaluts udara sebelumnya telah mati dimakan usia. Yang menggantikannya seorang pria muda bernama Arial. Dia kini menjadi Tsaluts baru mendampingi dua Tsaluts lainnya yang sudah lebih dulu dilantik 2 tahun sebelumnya.
Eldur Vatra. Nama belakangnya menunjukan kalau dia adalah satu keturunan bangsawan api di Republik Asasia. Eldur begitu istimewa karena dia merupakan keturunan bangsawan api yang juga menguasai elemen api. Dialah Sang Tsaluts api. Dia kini telah hadir di acara pelantikan. Jubah merahnya tampak menyala-nyala disinari matahari. Hari itu memang cerah, secerah penghuni Republik Asasia yang berbahagia karena akan memiliki Tsaluts udara yang baru. Arial juga tampak berseri-seri. Menjadi Tsaluts adalah cita-citanya.
Usia 18 adalah usia sakral di Republik Asasia. Pemuda terbaik yang berusia 18 saat seorang Tsaluts wafat sudah dipastikan menjadi pengganti. Kali ini yang beruntung adalah Arial dia juga keturunan bangsawan api seperti Eldur, namun dia berelemen udara. Sifatnya disukai banyak orang. Dia juga penguasa udara yang mumpuni. Semua percaya pada kemampuannya.
Pelantikan belum dimulai. Semua masih menunggu seseorang. Dialah Tsaluts air.
"Maaf membuat menunggu. Aku menunggu jubahku kering." Seseorang yang ternyata Tsaluts air tampak telah duduk di singgasananya. Semua orang heran. Tak ada yang tau kapan kedatangannya. Tapi perasaan heran kembali berubah ceria karena akhirnya pelantikan bisa dimulai.
"Aku Eldur Vatra ben Heitt Vatra, Tsaluts api. Atas nama Tuhan yang menguasai elemen api. Aku mengangkatmu Arial Vatra ben Shera Vatra sebagai Tsaluts udara dan memberimu kekuasaan penuh atas negeri ini sebagai mana yang telah dikuasakan pada kami." Eldur melirik ke arah Tsaluts air memberi isyarat bahwa kini giliran Tsaluts air yang melantik Arial.
Para penduduk yang hadir mulai mengingat-ingat kejadian 2 tahun sebelumnya. Mereka mengingat-ingat latar belakang sang Tsaluts air. Pemuda yang beruntung menjadi Tsaluts. Terlalu beruntung malah. Dia dilantik bersama dengan Eldur 2 tahun lalu. Tsaluts air dan Tsaluts api sebelumnya tewas dalam pertempuran besar mempertahankan wilayah yang hampir saja bisa direbut oleh negeri tetangga. Eldur diangkat menjadi Tsaluts karena dia memang kompeten. Dia mesti bersaing dengan 330 pemuda lain yang juga berusia 18 tahun serta sama-sama bertanda api. Sedang yang menjadi Tsaluts air tak lain hanya seorang pemuda penjual ubi bakar. Namanya Mizu Knol. Yatim piatu sejak pertama kali terlahir ke dunia. Ibunya meninggal ketika melahirkannya. Dia diasuh oleh seorang kakek penjaga pintu gerbang. Saat Tsaluts air sebelumnya mati hanya dialah pemuda berusia 18 tahun yang bertanda air. Dia tak pernah belajar menguasai bakatnya sebagai penguasa air. Banyak yang menentang pengangkatannya sebagai Tsaluts. Tapi adat dan hukum tetap mesti dijunjung. Semua hanya percaya kalau ini takdir Tuhan. Dia akhirnya menjadi Tsaluts air dengan banyak keraguan.
Orang-orang mulai tegang ketika Mizu bangkit dari singgasana menuju Arial yang sedang berlutut kehadapannya. Semua orang terharu dengan pencapaian Mizu atas Republik mereka. Mereka tahu jika Mizu sudah jadi orang yang benar-benar baru. Selama 2 tahun kepemimpinannya sebagai Tsaluts air dia menunjukan kepemimpinan yang luar bisa. Hanya dalam 3 bulan dia benar-benar bisa menguasai elemen air. Pembangunan di mana-mana. Rupanya dia juga mahir di bidang arsitektur. Gerbang Asasia dan Gerbang istana Tsaluts juga dia yang arsiteki.
Mizu menyumpah Arial. Ritual-ritual pelantikan pun terlaksana tanpa gangguan berarti. Kini Arial telah resmi menjadi Tsaluts udara . Kekuasaannya setara dengan kedua Tsaluts Lainnya.
***
Malamnya ketiga Tsaluts berkumpul. Tak ada mata lain selain mata ketiga orang tersebut. Ruangannya tertutup.
"Wah.. maaf aku masih grogi. Aku benar-benar tak tau apa yang harus dilakukan Tsaluts baru bersama Tsaluts lain di malam pertamanya sebagai Tsaluts." Arial memulai perbincangan.
"Mendengarkan rahasia-rahasia tentang Repubik ini dari kami, tentu saja." Eldur menimpali.
"Hmm, sepertinya menarik. Mohon bimbingannya!"Arial tampak antusias.
"Cukup!" Mizu ikut andil. "Hentikan kekonyolan ini. Rahasia? Rahasia macam apa yang selalu diceritakan Tsaluts terdahulu? Semua itu Cuma kebohongan.
Eldur dan Arial kaget mendengar apa yang mereka dengar dari mulut Mizu.
"Kalian dengarkan aku! Leluhur kita pembunuh! Oh, bukan. Leluhur kalianlah Pembunuh! Mereka orang-orang serakah! Mereka telah menutupi sejarah!" Mizu kembali menggebu. "Elemendunia dari awal memang tercipta empat dan sampai akhir nanti akan tetap empat. Udara, Api, Air, dan Tanah."
Eldur dan Arial semakin tak mengerti dengan apa yang coba dipaparkan Mizu. Namun seolah terhipnotis, mereka rupanya ingin tahu apa maksud Mizu.
"Huh! Dari raut wajah kalian sepertinya kalian memang tak tahu. Dulu, negeri ini didirikan oleh empat orang bukan tiga sebagaimana yang orang-orang tua ceritakan. Ya, pendiri negeri ini adalah penguasa empat elemen. Termasuk penguasa tanah."
"Selang beberapa tahun timbul keserakahan dari penguasa api.Dia membuat semacam jebakan untuk menghabisi ketiga pemimpin lain. Alhasil,pemimpin negeri ini tinggal dia seorang. Dia pun melantik dua orang pengganti dan meniadakan elemen tanah dengan membunuh habis penguasa elemen itu untuk mengurangi penentangnya. Mulai saat itu muncul istilah Tsaluts dan bangsawan bagi keturunannya yang menguasai elemen api."
"Mana mungkin! Dari mana kau tau hal-hal yang bahkan Tsaluts sebelumnya pun belum pasti tau?" Eldur tampak tak menerima keterangan dari Mizu.
"Dua minggu lalu aku menyepi di Koren. Aku selalu ingin tahu kenapa pohon-pohon di sana tak pernah mati dan hanya berjumlah 19. Saat aku memikirkan perkara itu di sana. Tanpa sengaja aku menemukan sebuah tempat rahasia. Di tempat itu aku menemukan catatan para pendiri negeri. Di salah satu buku aku menemukan kenyataan tadi. Termasuk sebuah rahasia lain yang lebih besar yang telah terkubur selama ratusan tahun.
Kalian berdua tak pantas jadi Tsaluts. Kalian tak pernah merasakan kesedihan. Kalian terlalu senang menikmati gelar yang seharusnya jadi milik orang lain. Kalian berdua sama-sama keturunan penguasa api. Kalian mesti merasakan panasnya api."
Detik berikutnya tak ada yang tahu. Eldur dan Arial hanya meronta kesakitan. Masing-masing memegang dada. Darah hitam keluar dari sana. Baju putih mereka kini berlubang di bagian dada. Pintu masuk telah terbuka lebar. Penjaga pintu bergegas masuk mendengar jeritan. Para penjaga ternganga melihat dua pemimpinnya tergeletak di lantai kaca memegang dada masing-masing sambil meringis. Mata para penjaga kini terpusat pada luka di dada kedua Tsaluts. Bentuk luka keduanya sama persis. Luka-luka itu rupanya sebuah gambar simbol.
(Bersambung)
Semua mata tertuju pada orang misterius yang baru datang itu. Pria berperawakan tinggi namun sedikit kurus. Kulitnya pucat pasi sewarna mayat. Baju putih yang dikenakannya telah berubah jadi kecoklatan. Jubah hitamnya yang telah berlubang di sana-sini terurai menyapu lantai kaca istana.
Semua orang di ruangan itu menampakan ekspresi berbeda-beda. Sham dan Zheshe terlihat kaget. Arial tetap santai namun ada pula perubahannya. Orang misterius masih menebar senyum sinis mengerikannya.
"Kau malah datang kemari. Lantas siapa yang menjaga Koren?" Arial mencoba mencairkan suasana.
"Kau terlalu santai di sini. Kepekaanmu akan situasi malah semakin lemah. Apa kau tidak bisa merasakannya?" Orang misterius menekan Arial.
"Apa kau bilang? Tapi paling tidak catatannya sudah tepat."Arial membela diri.
"Oh, ya? Jadi kau yakin pada anak yang tampak bodoh ini? Cih.. Uria saja lebih tampak garang dari dia. Dia tidak tampak seperti orang yang ada ciri-cirinya disebutkan dalam catatan." Suara orang misterius semakin tinggi sambil menunjuk Sham.
"Berhenti!" Sham tampak tak tahan menahan banyak tanda tanya dalam otaknya. "Berhenti berdebat! Tolong seseorang jelaskan apa yang sebenarnya terjadi di tempat aneh ini! Dan siapa anda? Kenapa tiba-tiba datang kemari sambil menunjuk-nunjuk aku seakan-akan aku penjahat besar?"
"Jadi kau belum tahu petaka yang menyelimuti negeri ini?" Orang misterius angkat bicara. "Semua orang mesti tahu kebenaran ini. Kebenaran yang kami berdua tutupi sejak 3 tahun lalu. Kebenaran yang sebentar lagi akan membawa negeri ini pada kehancuran. Kebenaran itu adalah ..." Orang misterius menghentikan perkataannya. Kedua tangannya memegang kerah baju. Dengan sedikit hentakan baju itu dirobeknya. Kini dia bertelanjang dada. Semua mata kembali dikejutkan oleh sesuatu yang tampak di dadanya. Sesuatu yang berasal dari 3 tahun lalu.
***
Hari itu pelantikan Tsaluts udara. Tsaluts udara sebelumnya telah mati dimakan usia. Yang menggantikannya seorang pria muda bernama Arial. Dia kini menjadi Tsaluts baru mendampingi dua Tsaluts lainnya yang sudah lebih dulu dilantik 2 tahun sebelumnya.
Eldur Vatra. Nama belakangnya menunjukan kalau dia adalah satu keturunan bangsawan api di Republik Asasia. Eldur begitu istimewa karena dia merupakan keturunan bangsawan api yang juga menguasai elemen api. Dialah Sang Tsaluts api. Dia kini telah hadir di acara pelantikan. Jubah merahnya tampak menyala-nyala disinari matahari. Hari itu memang cerah, secerah penghuni Republik Asasia yang berbahagia karena akan memiliki Tsaluts udara yang baru. Arial juga tampak berseri-seri. Menjadi Tsaluts adalah cita-citanya.
Usia 18 adalah usia sakral di Republik Asasia. Pemuda terbaik yang berusia 18 saat seorang Tsaluts wafat sudah dipastikan menjadi pengganti. Kali ini yang beruntung adalah Arial dia juga keturunan bangsawan api seperti Eldur, namun dia berelemen udara. Sifatnya disukai banyak orang. Dia juga penguasa udara yang mumpuni. Semua percaya pada kemampuannya.
Pelantikan belum dimulai. Semua masih menunggu seseorang. Dialah Tsaluts air.
"Maaf membuat menunggu. Aku menunggu jubahku kering." Seseorang yang ternyata Tsaluts air tampak telah duduk di singgasananya. Semua orang heran. Tak ada yang tau kapan kedatangannya. Tapi perasaan heran kembali berubah ceria karena akhirnya pelantikan bisa dimulai.
"Aku Eldur Vatra ben Heitt Vatra, Tsaluts api. Atas nama Tuhan yang menguasai elemen api. Aku mengangkatmu Arial Vatra ben Shera Vatra sebagai Tsaluts udara dan memberimu kekuasaan penuh atas negeri ini sebagai mana yang telah dikuasakan pada kami." Eldur melirik ke arah Tsaluts air memberi isyarat bahwa kini giliran Tsaluts air yang melantik Arial.
Para penduduk yang hadir mulai mengingat-ingat kejadian 2 tahun sebelumnya. Mereka mengingat-ingat latar belakang sang Tsaluts air. Pemuda yang beruntung menjadi Tsaluts. Terlalu beruntung malah. Dia dilantik bersama dengan Eldur 2 tahun lalu. Tsaluts air dan Tsaluts api sebelumnya tewas dalam pertempuran besar mempertahankan wilayah yang hampir saja bisa direbut oleh negeri tetangga. Eldur diangkat menjadi Tsaluts karena dia memang kompeten. Dia mesti bersaing dengan 330 pemuda lain yang juga berusia 18 tahun serta sama-sama bertanda api. Sedang yang menjadi Tsaluts air tak lain hanya seorang pemuda penjual ubi bakar. Namanya Mizu Knol. Yatim piatu sejak pertama kali terlahir ke dunia. Ibunya meninggal ketika melahirkannya. Dia diasuh oleh seorang kakek penjaga pintu gerbang. Saat Tsaluts air sebelumnya mati hanya dialah pemuda berusia 18 tahun yang bertanda air. Dia tak pernah belajar menguasai bakatnya sebagai penguasa air. Banyak yang menentang pengangkatannya sebagai Tsaluts. Tapi adat dan hukum tetap mesti dijunjung. Semua hanya percaya kalau ini takdir Tuhan. Dia akhirnya menjadi Tsaluts air dengan banyak keraguan.
Orang-orang mulai tegang ketika Mizu bangkit dari singgasana menuju Arial yang sedang berlutut kehadapannya. Semua orang terharu dengan pencapaian Mizu atas Republik mereka. Mereka tahu jika Mizu sudah jadi orang yang benar-benar baru. Selama 2 tahun kepemimpinannya sebagai Tsaluts air dia menunjukan kepemimpinan yang luar bisa. Hanya dalam 3 bulan dia benar-benar bisa menguasai elemen air. Pembangunan di mana-mana. Rupanya dia juga mahir di bidang arsitektur. Gerbang Asasia dan Gerbang istana Tsaluts juga dia yang arsiteki.
Mizu menyumpah Arial. Ritual-ritual pelantikan pun terlaksana tanpa gangguan berarti. Kini Arial telah resmi menjadi Tsaluts udara . Kekuasaannya setara dengan kedua Tsaluts Lainnya.
***
Malamnya ketiga Tsaluts berkumpul. Tak ada mata lain selain mata ketiga orang tersebut. Ruangannya tertutup.
"Wah.. maaf aku masih grogi. Aku benar-benar tak tau apa yang harus dilakukan Tsaluts baru bersama Tsaluts lain di malam pertamanya sebagai Tsaluts." Arial memulai perbincangan.
"Mendengarkan rahasia-rahasia tentang Repubik ini dari kami, tentu saja." Eldur menimpali.
"Hmm, sepertinya menarik. Mohon bimbingannya!"Arial tampak antusias.
"Cukup!" Mizu ikut andil. "Hentikan kekonyolan ini. Rahasia? Rahasia macam apa yang selalu diceritakan Tsaluts terdahulu? Semua itu Cuma kebohongan.
Eldur dan Arial kaget mendengar apa yang mereka dengar dari mulut Mizu.
"Kalian dengarkan aku! Leluhur kita pembunuh! Oh, bukan. Leluhur kalianlah Pembunuh! Mereka orang-orang serakah! Mereka telah menutupi sejarah!" Mizu kembali menggebu. "Elemendunia dari awal memang tercipta empat dan sampai akhir nanti akan tetap empat. Udara, Api, Air, dan Tanah."
Eldur dan Arial semakin tak mengerti dengan apa yang coba dipaparkan Mizu. Namun seolah terhipnotis, mereka rupanya ingin tahu apa maksud Mizu.
"Huh! Dari raut wajah kalian sepertinya kalian memang tak tahu. Dulu, negeri ini didirikan oleh empat orang bukan tiga sebagaimana yang orang-orang tua ceritakan. Ya, pendiri negeri ini adalah penguasa empat elemen. Termasuk penguasa tanah."
"Selang beberapa tahun timbul keserakahan dari penguasa api.Dia membuat semacam jebakan untuk menghabisi ketiga pemimpin lain. Alhasil,pemimpin negeri ini tinggal dia seorang. Dia pun melantik dua orang pengganti dan meniadakan elemen tanah dengan membunuh habis penguasa elemen itu untuk mengurangi penentangnya. Mulai saat itu muncul istilah Tsaluts dan bangsawan bagi keturunannya yang menguasai elemen api."
"Mana mungkin! Dari mana kau tau hal-hal yang bahkan Tsaluts sebelumnya pun belum pasti tau?" Eldur tampak tak menerima keterangan dari Mizu.
"Dua minggu lalu aku menyepi di Koren. Aku selalu ingin tahu kenapa pohon-pohon di sana tak pernah mati dan hanya berjumlah 19. Saat aku memikirkan perkara itu di sana. Tanpa sengaja aku menemukan sebuah tempat rahasia. Di tempat itu aku menemukan catatan para pendiri negeri. Di salah satu buku aku menemukan kenyataan tadi. Termasuk sebuah rahasia lain yang lebih besar yang telah terkubur selama ratusan tahun.
Kalian berdua tak pantas jadi Tsaluts. Kalian tak pernah merasakan kesedihan. Kalian terlalu senang menikmati gelar yang seharusnya jadi milik orang lain. Kalian berdua sama-sama keturunan penguasa api. Kalian mesti merasakan panasnya api."
Detik berikutnya tak ada yang tahu. Eldur dan Arial hanya meronta kesakitan. Masing-masing memegang dada. Darah hitam keluar dari sana. Baju putih mereka kini berlubang di bagian dada. Pintu masuk telah terbuka lebar. Penjaga pintu bergegas masuk mendengar jeritan. Para penjaga ternganga melihat dua pemimpinnya tergeletak di lantai kaca memegang dada masing-masing sambil meringis. Mata para penjaga kini terpusat pada luka di dada kedua Tsaluts. Bentuk luka keduanya sama persis. Luka-luka itu rupanya sebuah gambar simbol.
(Bersambung)
Komentar
Posting Komentar