Bagian 8: Rahasia Koren
Hutan Koren merupakan kawasan angker yang memisahkan Asasia bagian barat dari negeri lainnya. Penduduk Asasia dilarang keras menjamah hutan tersebut. Alasan utamanya tentu saja karena historika hutan itu yang benar-benar menyimpan sejarah kelam negeri itu. Berbagai perang perebutan wilayah terjadi di sana. Namun semua itu hanya kamuflase dari para penguasa. Rakyat Asasia sebenarnya samar-samar tahu kalau hutan itu tempat menyimpan berbagai benda rahasia penguasa. Tapi tetap saja tak ada yang berani masuk. Hutan itu kini dijaga Tsaluts api yang ahli ilusi. Sekali mencoba masuk, tak ada istilah keluar lagi. Akar-akar pepohonan penghuni Koren benar-benar membentuk labirin tak berujung.
Voda Abdal masih mematung. Diam seperti mayat bukan hal sulit baginya. Teknik ini dia dapat dari Tsaluts air. Gurunya sendiri. Pelariannya dari Orbic hari ini tak membuat gempar Asasia. Pihak keamanan Asasia benar-benar pandai menyembunyikan masalah tersebut.
Voda mulai bergerak. Selama belasan jam dia berendam di kubangan lumpur yang ada di Koren. Bersembunyi di sana bukan tanpa alasan. Bau lumpur dia gunakan sebagai kamuflase atas bau tubuhnya agar tak tercium Tsaluts udara yang menjelma menjadi serigala putih. Diam seperti mayat agar tak terdeteksi Tsaluts api yang peka terhadap pergerakan. Voda kini mencoba keluar dari kubangan. Dia tahu jika Tsaluts api tak ada di Koren.
Voda kini telah berdiri tegak di tanah yang lebih keras. Dia mulai menatap sekeliling seakan sedang menghitung. Tak lama senyumnya pun mengembang. Tampaknya dia telah mendapat yang dicarinya. “Di sana. Pasti.” Voda membatin. Langkahnya pasti saat mendekati sebuah pohon dekat kubangan.
Pohon di hadapan Voda luar biasa besar. Akarnya menyeruak tak tentu arah. Jika diperhatikan seksama rupanya ada sebuah batu raksasa di antara lilitan akar. Voda mendekati batu dan mencoba meraba-rabanya. Senyum Voda kembali menyeruak. Tangannya menemukan sebuah lubang.
Tanpa menduga adanya bahaya dari lubang. Voda memasukan tangannya sedalam mungkin. Mencoba meraih sesuatu yang dia sendiri pun belum tahu. Akhirnya pencariannya membuahkan hasil. Di dalam lubang ada sejenis lilitan tali. Voda mencoba menariknya keluar. Lilitan tali berhasil ditarik dari lubang beberapa senti diikuti suara “krek!”. Selang beberapa detik menunggu, tak ada kejadian lain. Voda Cuma bisa menggeleng.
Di tengah keheranan Voda mendengar suara aneh dari arah kubangan lumpur. Tak ada siapapun di sekitar kubangan. Voda bersiap melompat kembali ke dasar kubangan namun tak jadi. Suara aneh rupanya berasal dari tengah kubangan yang kini membentuk pusaran. Lumpurnya tersedot ke dasar.
Senyum Voda lagi-lagi tersungging. Pencariannya kini membuahkan hasil. Di dasar kubangan yang kini telah kosong dari lumpur menyisakan sebuah kotak memanjang berbentuk peti mati seukuran orang dewasa.
Voda melompat ke dasar kubangan menuju peti. Tangannya kembali meraba mencari slot pembuka. Beberapa menit mencari rupanya tak membuahkan hasil. Tak mau menyerah, Voda kembali meneliti setiap mili bagian peti. Hasilnya sama saja. Nihil.
Voda tetap tak mau menyerah. Tsaluts air benar-benar melatihnya untuk bertahan hingga batas tak terbatas. Pencarian berikutnya rupanya memberikan hasil. Di bagian samping peti tampak lubang kecil memanjang. Untuk ke sekian kalinya senyum Voda kembali muncul. Lubang itu mengingatkannya pada suatu benda. Benda milik Tsaluts air. Dia tahu ke mana harus mencari benda itu. “Benda itu ada di dua orang bodoh...”
(Bersambung...)
Hutan Koren merupakan kawasan angker yang memisahkan Asasia bagian barat dari negeri lainnya. Penduduk Asasia dilarang keras menjamah hutan tersebut. Alasan utamanya tentu saja karena historika hutan itu yang benar-benar menyimpan sejarah kelam negeri itu. Berbagai perang perebutan wilayah terjadi di sana. Namun semua itu hanya kamuflase dari para penguasa. Rakyat Asasia sebenarnya samar-samar tahu kalau hutan itu tempat menyimpan berbagai benda rahasia penguasa. Tapi tetap saja tak ada yang berani masuk. Hutan itu kini dijaga Tsaluts api yang ahli ilusi. Sekali mencoba masuk, tak ada istilah keluar lagi. Akar-akar pepohonan penghuni Koren benar-benar membentuk labirin tak berujung.
Voda Abdal masih mematung. Diam seperti mayat bukan hal sulit baginya. Teknik ini dia dapat dari Tsaluts air. Gurunya sendiri. Pelariannya dari Orbic hari ini tak membuat gempar Asasia. Pihak keamanan Asasia benar-benar pandai menyembunyikan masalah tersebut.
Voda mulai bergerak. Selama belasan jam dia berendam di kubangan lumpur yang ada di Koren. Bersembunyi di sana bukan tanpa alasan. Bau lumpur dia gunakan sebagai kamuflase atas bau tubuhnya agar tak tercium Tsaluts udara yang menjelma menjadi serigala putih. Diam seperti mayat agar tak terdeteksi Tsaluts api yang peka terhadap pergerakan. Voda kini mencoba keluar dari kubangan. Dia tahu jika Tsaluts api tak ada di Koren.
Voda kini telah berdiri tegak di tanah yang lebih keras. Dia mulai menatap sekeliling seakan sedang menghitung. Tak lama senyumnya pun mengembang. Tampaknya dia telah mendapat yang dicarinya. “Di sana. Pasti.” Voda membatin. Langkahnya pasti saat mendekati sebuah pohon dekat kubangan.
Pohon di hadapan Voda luar biasa besar. Akarnya menyeruak tak tentu arah. Jika diperhatikan seksama rupanya ada sebuah batu raksasa di antara lilitan akar. Voda mendekati batu dan mencoba meraba-rabanya. Senyum Voda kembali menyeruak. Tangannya menemukan sebuah lubang.
Tanpa menduga adanya bahaya dari lubang. Voda memasukan tangannya sedalam mungkin. Mencoba meraih sesuatu yang dia sendiri pun belum tahu. Akhirnya pencariannya membuahkan hasil. Di dalam lubang ada sejenis lilitan tali. Voda mencoba menariknya keluar. Lilitan tali berhasil ditarik dari lubang beberapa senti diikuti suara “krek!”. Selang beberapa detik menunggu, tak ada kejadian lain. Voda Cuma bisa menggeleng.
Di tengah keheranan Voda mendengar suara aneh dari arah kubangan lumpur. Tak ada siapapun di sekitar kubangan. Voda bersiap melompat kembali ke dasar kubangan namun tak jadi. Suara aneh rupanya berasal dari tengah kubangan yang kini membentuk pusaran. Lumpurnya tersedot ke dasar.
Senyum Voda lagi-lagi tersungging. Pencariannya kini membuahkan hasil. Di dasar kubangan yang kini telah kosong dari lumpur menyisakan sebuah kotak memanjang berbentuk peti mati seukuran orang dewasa.
Voda melompat ke dasar kubangan menuju peti. Tangannya kembali meraba mencari slot pembuka. Beberapa menit mencari rupanya tak membuahkan hasil. Tak mau menyerah, Voda kembali meneliti setiap mili bagian peti. Hasilnya sama saja. Nihil.
Voda tetap tak mau menyerah. Tsaluts air benar-benar melatihnya untuk bertahan hingga batas tak terbatas. Pencarian berikutnya rupanya memberikan hasil. Di bagian samping peti tampak lubang kecil memanjang. Untuk ke sekian kalinya senyum Voda kembali muncul. Lubang itu mengingatkannya pada suatu benda. Benda milik Tsaluts air. Dia tahu ke mana harus mencari benda itu. “Benda itu ada di dua orang bodoh...”
(Bersambung...)
Komentar
Posting Komentar