Padalarang, 14 Februari 2014
Grung.. grung.. bunyi angkot hijau tua carteran tujuh puluh lima ribu rupiah berderung saat menapaki jalan berbatu menuju lokasi penyusuran gua. Sesekali berpapasan dengan truk besar yang membawa kekayaan alam melaju dengan tergesa seperti pencuri dikejar masa.
Kampung terakhir yang dituju telah terlihat berarti perjalanan hampir sampai, Supir angkot tampak enggan untuk pulang kalau ongkos tidak ditambah. Kilahnya ini perjalanan “tidak biasa” dan kami memakluminya. Dua puluh lima ribu rupiah kami berikan sebagai tambahan. Sang supir pun berlalu dengan tersenyum senang.
Cipatat, 14 Februari 2014
14.20 WIB. Sepi sunyi kampung ini, itulah kesan pertama yang kami dapati. Bolong selaku Ketua Pelaksana Pengembaraan bersama Kang Ngawir Sigi mendatangi kediaman RT setempat untuk meminta ijin penelusuran di area yang dikuasai beliau.
Perijinan dari Pak RT tak bertele-tele. Beliau mengijinkan selama kami melakukan aktivitas wajar. Setelah menyerahkan surat perijinan dan menerima tanda tangan kami permisi melanjutkan perjalanan. Lima menitan kami menapaki jalan berpasir. Semakin jelas di depan bukit kapur yang telah hilang sebagian. Sebuah jalan setapak memberi kode, lokasi sudah dekat.
16.30 WIB tenda telah berdiri dengan kokoh tepat menuju utara menghadap gunung kapur yang kokoh. Peppy, Cokor, dan Bolong yang memang peserta pengembaraan kembali turun menuju pemukiman untuk melakukan sosialisasi.
Sosialisasi yang melibatkan ketua RT dan tokoh masyarakat tersebut berlangsung hingga menjelang waktu isya. Dari wawancara kecil yang kami lakukan, kami mendapati beberapa hal terkait kondisi masyarakat di daerah tersebut. Diantaranya:
- Selain Cikaracak, Cilalay, dan Sigay Dalapan ternyata sebelumnya ada dua gua lagi yang saat ini sudah hilang karena dijadikan area pertambangan marmer, yaitu Gua Siawul dan Cikasang.
- Juru kunci gua di area Citatah adalah H. Otong yang telah berpulang pada usia 110 tahun. Sampai saat ini tidak ada yang menggantikan beliau.
- Area penelusuran diapit oleh dua perusahaan tambang marmer, yaitu Multi Marmer Alam (MMA) dan Siwani Jaya Sakti. Keduanya saat ini sedang bersaing merebutkan area gua yang masih tersisa.
- Masa setelah juru kunci wafat. Masyarakat tidak lagi menganggap gua di area penelusuran sebagai tempat yang disakralkan.
(bersambung)
Sumber: Laporan Pengembaraan Paksi Janadri Angkatan X, Duta Paksi Janadri di Perut Bumi
Komentar
Posting Komentar