Camp, 14 Februari 2014
19.00 WIB materi tentang susur gua disambung kembali. Sambil menikmati teh panas dan beberapa cemilan kami menyimak, mendengar, dan mencatat apa yang disampaikan Kang Agen hingga pukul sembilan malam.
Penelusuran gua yang merupakan agenda utama dalam kegiatan pengembaraan ini menjadi hidangan malam ini setelah selesai materi. Gua Cikaracak menjadi santapan pertama kami yang berdasar jam terbang belum pernah melaksanakan kegiatan susur gua.
Dua jam merupakan waktu yang disepakati sebagai waktu tempuh susur Gua Cikaracak. Yang melaksanakan penelusuran adalah Peppy, Cokor, Bolong, Kang Agen, dan Kang Dobol. Sementara Endris dan Kang Ngawir Sigi bertugas sebagai tim penjaga camp sekaligus penanggung jawab dapur. Tim penelusuran segera memakai memasang peralatan dan perlengkapan yang sesuai untuk susur gua semisal: helm, headlamp, warepack, sarung tangan, dan sepatu serta tambahan tali webing.
Setengah jam waktu yang dibutuhkan menuju Gua Cikaracak dari camp. Sebenarnya gua tersebut dapat dicapai kurang dari sepuluh menit. Namun jalur yang mulai rimbun karena semak menyusahkan kami menemukan mulut gua. Alhasil 20 menit kami delay untuk sampai di lokasi pertama tersebut.
Adzan dikumandangkan sebelum tim memasuki Cikaracak. Mengumandangkan azan di depan mulut gua sebelum dimasuki merupakan saran dari Kang Agen dan telah dipaparkan saat materi sebelum berangkat menelusur. Yang bertugas sebagai muadzin adalah Cokor.
Bolong yang dipenelusuran pertama bertugas sebagai leader atas intruksi Kang Agen yang selain menjadi mentor juga bertugas sebagai secondman menambatkan tali webing di mulut gua sebagai bantuan pegangan untuk memasuki gua.
Zona remang-remang/ twillight zone telah bisa dimasuki oleh seluruh anggota tim. Di zona ini banyak kami temui hewan-hewan yang memang ada di luar gua namun punya ciri-ciri fisik yang berbeda. Semisal jangkrik. Jangkrik di zona remang-remang cenderung memiliki sungut/ antena yang lebih panjang serta buta. Yang lebih mengejutkan, tim menemukan jangkrik yang bersifat kanibal karena memakan sesama jangkrik.
20.30 WIB penelusuran dilanjutkan. Zona gelap mulai dimasuki. Jalur sempit dan licin karena lumpur dan guano (kotoran kelelawar) mulai memperlambat langkah. Instruksi untuk mengeksplorasi setiap celah yang tampak tidak dilupakan anggota tim terutama peserta pengembaraan.
Pijakan licin kini berpadu dengan jalur yang curam. Cokor selaku penanggung jawab palog (peralatan dan logistik) dengan sigap menyerahkan tali kepada Bolong selaku pembuat jalur.
Penelusuran akhirnya menemui titik buntu. Setiap celah tidak menampakan tanda-tanda masih ada jalur. Bolong yang melihat ada kemungkinan jalur mengambil keputusan sepihak. Padahal celah yang dianggap jalur berada di posisi yang lebih tinggi serta pijakannya tertutup lumpur dan guano. Kecelakaan tak dapat dihindarkan. Bolong yang memaksakan diri berakhir dengan tergelincir dan meluncur dari ketinggian beberapa meter. Beruntung Bolong jatuh dalam posisi tegak. Hal tersebut cukup menimbulkan kepanikan di tim.
Setelah mereda akhirnya disepakati untuk kembali ke permukaan. Selama perjalanan keluar, Kang Dobol yang bertugas sebagai dokumenter mendokumentasikan keadaan gua lewat jepretan kameranya. Sementara Peppy selaku cleaner konsisten berada di barisan belakang untuk membereskan alat yang digunakan selama penelusuran.
19.00 WIB materi tentang susur gua disambung kembali. Sambil menikmati teh panas dan beberapa cemilan kami menyimak, mendengar, dan mencatat apa yang disampaikan Kang Agen hingga pukul sembilan malam.
Penelusuran gua yang merupakan agenda utama dalam kegiatan pengembaraan ini menjadi hidangan malam ini setelah selesai materi. Gua Cikaracak menjadi santapan pertama kami yang berdasar jam terbang belum pernah melaksanakan kegiatan susur gua.
Dua jam merupakan waktu yang disepakati sebagai waktu tempuh susur Gua Cikaracak. Yang melaksanakan penelusuran adalah Peppy, Cokor, Bolong, Kang Agen, dan Kang Dobol. Sementara Endris dan Kang Ngawir Sigi bertugas sebagai tim penjaga camp sekaligus penanggung jawab dapur. Tim penelusuran segera memakai memasang peralatan dan perlengkapan yang sesuai untuk susur gua semisal: helm, headlamp, warepack, sarung tangan, dan sepatu serta tambahan tali webing.
Setengah jam waktu yang dibutuhkan menuju Gua Cikaracak dari camp. Sebenarnya gua tersebut dapat dicapai kurang dari sepuluh menit. Namun jalur yang mulai rimbun karena semak menyusahkan kami menemukan mulut gua. Alhasil 20 menit kami delay untuk sampai di lokasi pertama tersebut.
Adzan dikumandangkan sebelum tim memasuki Cikaracak. Mengumandangkan azan di depan mulut gua sebelum dimasuki merupakan saran dari Kang Agen dan telah dipaparkan saat materi sebelum berangkat menelusur. Yang bertugas sebagai muadzin adalah Cokor.
Bolong yang dipenelusuran pertama bertugas sebagai leader atas intruksi Kang Agen yang selain menjadi mentor juga bertugas sebagai secondman menambatkan tali webing di mulut gua sebagai bantuan pegangan untuk memasuki gua.
Zona remang-remang/ twillight zone telah bisa dimasuki oleh seluruh anggota tim. Di zona ini banyak kami temui hewan-hewan yang memang ada di luar gua namun punya ciri-ciri fisik yang berbeda. Semisal jangkrik. Jangkrik di zona remang-remang cenderung memiliki sungut/ antena yang lebih panjang serta buta. Yang lebih mengejutkan, tim menemukan jangkrik yang bersifat kanibal karena memakan sesama jangkrik.
20.30 WIB penelusuran dilanjutkan. Zona gelap mulai dimasuki. Jalur sempit dan licin karena lumpur dan guano (kotoran kelelawar) mulai memperlambat langkah. Instruksi untuk mengeksplorasi setiap celah yang tampak tidak dilupakan anggota tim terutama peserta pengembaraan.
Pijakan licin kini berpadu dengan jalur yang curam. Cokor selaku penanggung jawab palog (peralatan dan logistik) dengan sigap menyerahkan tali kepada Bolong selaku pembuat jalur.
Penelusuran akhirnya menemui titik buntu. Setiap celah tidak menampakan tanda-tanda masih ada jalur. Bolong yang melihat ada kemungkinan jalur mengambil keputusan sepihak. Padahal celah yang dianggap jalur berada di posisi yang lebih tinggi serta pijakannya tertutup lumpur dan guano. Kecelakaan tak dapat dihindarkan. Bolong yang memaksakan diri berakhir dengan tergelincir dan meluncur dari ketinggian beberapa meter. Beruntung Bolong jatuh dalam posisi tegak. Hal tersebut cukup menimbulkan kepanikan di tim.
Setelah mereda akhirnya disepakati untuk kembali ke permukaan. Selama perjalanan keluar, Kang Dobol yang bertugas sebagai dokumenter mendokumentasikan keadaan gua lewat jepretan kameranya. Sementara Peppy selaku cleaner konsisten berada di barisan belakang untuk membereskan alat yang digunakan selama penelusuran.
(bersambung)
Sumber: Laporan Pengembaraan Paksi Janadri Angkatan X, Duta Paksi Janadri di Perut Bumi.
Komentar
Posting Komentar